Sebagaimana diberitakan, Harun membunuh rekan serumahnya, Fahmi, 38, tiga bulan lalu. Begitu korban tewas, Harun memakan jantungnya dan kemudian menyimpan mayatnya di dalam peti.
Setiap
malam Jumat, dia mengiris organ dan bagian tubuh korban dengan dalih
sebagai ritual untuk mendapatkan ilmu. Dia mengaku melakukan itu atas
perintah guru spiritualnya, Jabil, yang muncul saat dia tidak sadar.
Harun menjelaskan, yang dilakukannya itu berdasar bisikan gaib lewat
alam bawah sadarnya. ”Itu saya lakukan atas perintah guru saya,”
jelasnya. Dia mengetahui Jabil setelah membaca sebuah majalah yang
memaparkan ritual untuk mendapatkan ilmu hitam.
Sebenarnya,
saat menjalani ritual dengan memakan bagian tubuh korban, Harun merasa
jijik. ”Awalnya agak amis. Lama-lama tidak terasa,” tuturnya. Pada awal
Harun makan organ tubuh korban, tubuhnya menolak. Dia mengalami
gangguan pencernaan selama hampir sepekan. “Saya sempat diare. Sehari
bisa empat sampai lima kali buang air,” ujarnya.
Kapolsek
Batam Kota AKP Suka Irawanto menjelaskan, Harun dilahirkan pada 22
September 1982 di Kendal. Sebelumnya, dia tinggal di Jalan Diponegoro,
Desa Podosari, RT 3, RW 1, Kecamatan Cipiring, Kabupaten Kendal. Di
Batam, pria berambut ikal itu sehari-hari bekerja sebagai buruh
bangunan dan pengumpul barang bekas. Saat ini, dia mengaku insaf dan
menyesali perbuatannya.
Sementara
itu, keluarga Fahmi segera menuju Batam untuk menjemput jenazah
kerabatnya tersebut. ”Rencananya begitu,” ujar Yuswan, kakak ipar
Fahmi. Di pihak lain, Jumiati, ibu kandung Harun, menyatakan tidak
menyangka bahwa anaknya melakukan perbuatan sadis itu. Saat ditemui
wartawan di kediamannya di Kendal, Jumiati hanya bisa menangis
mendengar kabar anaknya tersebut.
Jumiati
mengungkapkan, Harun meninggalkan Kendal saat berusia 20 tahun. Dia
pergi diam-diam ke Batam dan tidak pernah memberi kabar. “Kami kira,
dia sudah meninggal,” ujarnya. Di Kendal, keluarga Harun tergolong
kurang mampu. Kondisi itu bebeda dari keluarga korban. Ibu Fahmi adalah
bidan yang juga anggota DPRD Kabupaten Tegal periode 1999-2004 dari
Golkar.
Dalam
kasus ini pelajaran yang kita petik adalah bagaimana kita memiliki
sebuah jati diri yang benar sehingga tidak dengan mudah kita menuruti
hal-hal yang seringkali terbesit dan terlintas dalam benak serta
pikiran kita. Lebih banyak mendekatkan diri dengan Tuhan Sang Pencipta
adalah salah satu cara kita terhindar dari hal yang keji seperti ini.
sumber: http://ruanghati.com/2010/03/08/awas-manusia-kanibal-asal-kendal-siap-mencari-mangsa-baru/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar