Kawin Gantung : Demi pengobatan dan tolak bala
Roby (pakai peci) menikahi Emi (baju merah).
BINJAI-Sejumlah
budaya unik dari berbagai suku di Indonesia terkadang memang tak masuk
akal. Namun, justru itu pula yang membuatnya jadi daya tarik
tersendiri. Seperti yang terjadi di Kel. Binjai Estate, Kota Binjai,
kemarin (1/12). Demi pengobatan dan tolak bala, seorang siswa SMU
menikahi impalnya atau putri pamannya yang masih berusia 3 tahun.Tradisi
kawin gantung ini dilakoni Roby Ginting (17) dan Emi Pehulisa br Sitepu
(3). Disaksikan keluarga dan kerabat kedua mempelai, dua warga Jl.
Gunung Jaya Wijaya ini menikah tanpa ijab kabul. Dalam adat Karo,
tradisi pernikahan ini disebut Naroh-naroh.Layaknya
pengantin pada umumnya, keduanya menjalani pesta secara adat diiringi
musik tradisional. Keduanya pun bersanding di tengah keluarga besar
masing-masing. Menurut Sribana br Perangin-angin, ibunda Emi, tradisi
ini dilakukan karena sejak dilahirkan, putrinya sering sakit-sakitan
hingga berujung usaha keluarga merugi.“Ya
memang sejak lahirnya anak aku sering sakit-sakitan dan setelah kita
pertanyakan kepada tetua adat, anakku harus dinikahkan dengan impalnya.
Karena usia anakku masih kecil, kita lakukan kawin gantung. Yang
penting anakku dapat sembuh, karena dalam adat Karo seperti itu
biasanya,” terangnya.Robi sendiri
mengaku, tradisi itu dilakukannya demi keinginan orang tua dan membantu
impalnya yang sering sakit-sakitan. “Dengan cara ini aku berharap agar
sepupuku (impal) itu dapat sembuh dan tak sakit-sakitan lagi,”
terangnya.Amatan POSMETRO MEDAN, usai
acara, seluruh kerabat dan keluarga kedua mempelai menari bersama, lalu
memberikan sumbangan kepada kedua mempelai. Beberapa tetua adat suku
Karo mengakui tradisi itu memang ada. Namun, setelah kedua mempelai
dewasa, keduanya tidak diwajibkan untuk menikah syah menurut agama dan
hukum pernikahan. Semuanya tergantung dari keinginan kedua mempelai
nantinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar